Sabtu, 14 Januari 2017

Bocah SD Meninggal akibat DBD, Keluarga Salahkan RS dan Dokter


Prima Silalahi (10) bocah kelas 4 sekolah dasar warga
Kecamatan Dolok Pardamean, Simalungun meninggal dunia
karena menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di RS Harapan, Jalan Farel Pasaribu, Pematangsiantar,
Sabtu 14 Januari 2017.

Namun pihak keluarga keberatan dan protes dengan
pelayanan dokter dan perawat rumah sakit yang dituding
menjadi penyebab kematian korban.

Salah seorang kerabat korban, Doni Manik (35),
menyebutkan, korban masuk rumah sakit pada Kamis 12
Januari 2017 pagi. Orangtua korban, Rusman Silalahi dan
Fitri boru Manik membawa korban ke RS Harapan karena
diperkirakan terjangkiti penyakit DBD. Korban yang
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara itu kemudian
diopname di salah satu ruangan anak dengan status pasien
BPJS. Keesokan harinya, Jumat 13 Januari 2017 malam
sekitar pukul 20.00 WIB, kondisi korban kritis. Keluarg
meminta pihak medis memindahkan korban ke ruangan ICU
untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun dokter jaga
dan perawat menolak dengan alasan ruangam ICU penuh.
Keluarga korban kemudian diminta mencari ruangan ICU di
rumah sakit lain di Pematangsiantar. Sayangnya, keluarga
korban tak menemukan ruangan ICU kosong di sejumlah
rumah sakit lain. Pihak RS Harapan kemudian menyarankan
membawa korban ke rumah sakit di Kota Medan. Lalu pada
Sabtu 14 Januari 2017 siang, atas desakan keluarga, korban
akhirnya dipindahkan ke ruangan ICU rumah sakit tersebut.
Namun begitu tiba di ruangan, korban sudah
menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga pun protes,
karena ternyata di ruangan ICU ditemukan tempat tidur
pasien yang kosong.

"Jika keponakanku ini meninggal karena perawatan kami
bisa ikhlas menerima. Tapi kenyataannya gara- gara dokter
dan perawat itu menyebut ruangan ICU penuh tapi kami lihat
tadi masih banyak tempat tidur pasien kosong. Padahal
kami sudah bersedia bayar pasien umum. Pokoknya kami
tidak terima dengan dokter dan perawat itu," kata Doni
Manik.

Demikian juga nenek korban, boru Purba menyatakan
protesnya atas pelayanan rumah sakit. Dia menuduh dokter
dan perawat RS Harapan lah penyebab meninggalnya
korban. "Dokter dan perawat itu harus dipecat," tukas boru
Purba kesal sambil menangis melihat cucunya sudah
meninggal dunia.

Pihak RS Harapan sendiri melalui Humas, Nesli Purba
enggan memberikan keterangan. Dia menyebut, pihaknya
hanya memberikan keterangan kepada keluarga korban dan
bukan kepada wartawan. "Kami tidak bisa memberikan
penjelasan kepada wartawan. Hanya bisa memberikan
penjelasan kepada kekuarga korban," kata Nesli.

Penulis : Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Sumber : .kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar