Kamis, 06 April 2017

Kondisi Jembatan Sunut Ungaran, Antara Doa dan Maut yang Mengintip...


Apa korelasinya sebuah jemban dengan
nilai spiritualitas? Jawabannya tanyakan saja
kepada warga yang melintasi Jembatan Sunut, 
jembatan yang mengangkangi sungai Jragung diantara 
desa Jragung, Demak dengan dusun Sapen,
Kabupaten Semarang.

"Sebenarnya ya takut.
Kalau mau lewat pasti assalamualaikum dulu,
berdoa sebisa-bisanya,"
kata Marsini (50 tahun) warga Kedungjati,
Grobogan, Kamis 6 April 2017 siang.
Setiap hari dengan sepeda kayuhnya,
Marsini menempuh perjalanan belasan kilometer
menuju dusun Sapen untuk mengantar
makanan suaminya yang berladang di dusun Sapen.

"Saya punya kukrukan (ladang) 2,5 hektar di sini
yang kami tanami jagung dan kacang-kacangan.
Jadi tiap hari lewat jembatan ini untuk mengantar
makan siang suami," ujarnya.

Kekhawatiran Marsini bukan tanpa alasan,
sebab Sabtu 1 April 2017 lalu,
saudaranya terjatuh dari jembatan ini pada saat
hendak menuju ladang di dusun Sapen untuk
memanen jagung. Keduanya pun hingga saat ini
masih dirawat di Rumah Sakit di Purwodadi.
"Yang laki-laki namanya Man (50 tahun),
istrinya Sri (45 tahun) .
Si Man giginya tanggal dua,
pipi sampai janggutnya dijahit, perutnya juga sakit. 
Kalau yang perempuan patah di tangan kiri, punggung
dan kedua kakinya. Dua-duanya masih
di RS Purwodadi," ucapnya.


Panjang jembatan Sunut
sekitar 80 meter dan lebar 2,5 meter
tanpa pagar pembatas.
Tiga pilar beton setinggi 15 meter menyangga
gelagar besi dan tumpukan papan yang ditambal sulam 
sebagai lantainya.
Banyak bagian dari jembatan ini yang sudah lapuk
sehingga saat meniti diperlukan kewaspadaan
ekstra tinggi.

"Ngeri mas,
banyak berdoa kalau lewat sini.
Jadi saya usahakan keluar dari Sapen tidak lebih
dari jam 12 siang karena takut keburu hujan.
Tidak hujan saja ngeri saya,
apalagi kalau hujan jadinya pasti licin,"
ungkap Ngatiyem (37 tahun) warga Mranggen Demak,
seorang pekerja jasa penagihan sebuah perusahaan
peralatan otomotif di Demak.

Jembatan Sunut ini merupakan satu-satunya
akses warga Dusun Sapen dan Dusun Borangan,
Desa Candirejo, Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang untuk menuju ke pusat desa
atau ke pusat Kabupaten Semarang di Ungaran.

Sudah puluhan tahun kedua dusun ini terisolasi
karena jembatan menuju ke Dusun Kedungglatik
yang mengarah ke pusat Desa Candirejo hingga
Pringapus hanyut terbawa aliran sungai
sekitar tahun 1990-an.

"Tiap pasaran legi jadwal saya setori krupuk
ke Borangan dan Sapen.
Dulu sampai Kedungglatik, tetapi sejak jembatan
putus tahun 90-an, jualan saya hanya
sampai Borangan," ungkap Asmuni (57 tahun).
warga Desa Gebangan, Kecamatan Tegowanu,
Kabupaten Grobogan.
Asmuni sudah berjualan kerupuk sejak tahun 1980.
Dua kerombong kerupuknya dia taruh di samping
kanan kiri sepeda motornya.
Untuk mengusir rasa sepi di sepanjang perjalanan
menuju dusun Borangan, kerombong kerupuknya
dilengkapi dengan pelantang musik.
"Dari dulu sejak saya bawa sepeda sampai sekarang,
jembatan Sunut ya begitu-begitu saja mas.
Pokoknya bismillah saja kalau lewat," ujarnya.
Dia juga mengatakan untuk menuju Dusun Borangan
dari Dusun Sapen, harus melewati jembatan gantung.
Hanya pas untuk lewat satu sepeda motor saja.
"Ngepres dengan kerombong krupuk saya," imbuhnya.

Warga Dusun Borangan,
Muhammad Amin (41 tahun) membenarkan
jika warga di desanya harus melewati dua jembatan
untuk keluar ke pusat Desa Candirejo menuju
ke Ungaran.
Setelah menyeberangi jembatan Sunut,
warga harus melalui beberapa desa di wilayah
Karangawen dan Mranggen, Kabupaten Demak.
"Dari Borangan ke Sapen ada jembatan gantung,
lalu keluar Sapen ya lewat jembatan berbahaya ini.
Lalu memutar dulu ke Karangawen dan Mranggen,
Demak untuk menuju ke arah Ungaran,"
kata Amin, guru sebuah madrasah di Borangan.
Amin mengatakan,
warga kedua dusun sangat menggantungkan
kebutuhan hidupnya dari ke dua wilayah kecamatan
di Demak tersebut.
Mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti
sembako maupun kebutuhan lainnya seperti
bahan-bahan bangunan ataupun pupuk
untuk pertanian.
"Kalau malam juga gelap karena tidak ada
lampu penerangan. Kami berharap supaya
pemerintah dapat memperbaiki jembatan jadi layak.
Karena selama ini,
kalau ada kerusakan warga Sapen dan Borangan
yang gotong royong memperbaiki,"
ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh pelajar
dari Dusun Borangan, Pinky Rahmawati (14 tahun).
Ia dan banyak anak lainnya dari dusun Borangan
harus menempuh jarak puluhan kilometer menuju
ke sekolahnya di Karangawen, Demak dan
harus melewati jembatan Sunut ini.
Ia punya tips khusus
agar tidak takut melintas di jembatan ini.
Sebab tanpa pagar pengaman dan lantainya
dari tambal sulam kayu ini, aliran sungai Jragung
jelas terlihat dari sela-sela kayu saat melintas.
"Pokoknya bapak saya pesan,
pandangan lurus ke depan jangan lihat kiri kanan
dan jangan lupa berdoa,"
ujar siswi kelas IX ini.
"Harapannya jembatan diperbaiki jadi layak
karena banyak pelajar yang melintasi jembatan
ini," sebutnya.


Kepala Dusun Sapen Budi Narto mengatakan,
ratusan jiwa warga dusun Sapen dan dusun Borangan
sangat bergantung dengan Jembatan Sunut ini.
Penduduk di dusun Sapen saat ini mencapai
214 kepala keluarga atau sekitar 580 jiwa,
sedangkan dusun Borangan berpenduduk
350 jiwa dalam 158 kepala keluarga.
"Sudah ada sekolah dasar satu,
Puskesmas Pembantu satu tapi kondisi sudah
rusak belum pernah digunakan.
" Kami ini juga warga Indonesia, tolong diperhatikan,"
kata Budi.
Budi Narto mengungkapkan
sudah beberapa kali terjadi kecelakaan di jembatan ini.
dari catatannya, sudah 41 orang jatuh ke sungai
dari atas jembatan Sunut, empat diantaranya tewas.
"Jangan sampai ada korban-korban lagi,"
ucapnya.

Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Semarang,
Bondan Marutohening mengatakan perbaikan
Jembatan Sunut perlu menjadi prioritas
karena keberadaan jembatan tersebut
menyangkut kenyamanan dan keselamatan warga.
"Apalagi jembatan itu merupakan
akses satu-satunya bagi warga Sapen dan Borangan
untuk melakukan aktivitas ke luar.
Jangan menunggu terlalu lama sehingga timbul
korban lagi," kata Bondan, Senin 3 April 2017 lalu.
Kata Bondan,
sebenarnya permintaan agar Jembatan Sunut
segera diperbaiki sudah lama disuarakan
ke Pemkab Semarang melalui beberapa forum.
"Tahun ini akan diperbaiki
menggunakan dana APBD dengan alokasi
anggaran Rp 700 juta.
Awal April ini kita harap bisa dilelang,"
ujarnya.

Sementara itu,
Bupati Semarang Mundjirin mengatakan,
perbaikan jembatan Sunut memerlukan
biaya sedikitnya Rp 75 miliar.
Pihaknya sudah berusaha mencari bantuan
pendanaan dari pemerintah propinsi maupun pusat,
namun hingga saat ini belum membuahkan hasil.
Sementara kemampuan APBD untuk mendanai
perbaikan Jembatan Sunut sangat terbatas.
Di samping keberadaan jembatan Sunut ini merupakan
tanggungjawab dua wilayah, antara Kabupaten
Semarang dengan Kabupaten Demak.
"Tahun 2016
sudah mengajukan ke Kementerian PUPR,
sampai kini belum turun. Kita juga masukkan
ke Musrenbang Propinsi, ternyata tidak masuk
ke prioritas," kata Mundjirin.
Terkait adanya alokasi anggaran sebesar
Rp 600 juta hingga Rp 700 juta di APBD 2017,
kata Mundirin dana sebesar itu hanya sebatas
untuk memperbaiki saja.
"Solusinya ya kita lihat APBDnya dulu untuk
mengatasi sementara. Jika korbannya sudah banyak,
tentunya lelang pekerjaan harus segera dilakukan,"
ujar dia.

Banyak harapan digantungkan dari
jembatan Sunut ini, mulai anak-anak sekolah
yang ingin belajar dengan tenang,
para petani yang ingin bisa leluasa menjual
hasil pertaniannya hingga warga yang
membutuhkan administrasi kependudukan
di pusat desa, kecamatan hingga pusat
pemerintahan di kota Ungaran.

Penulis: Kontributor Ungaran, Syahrul Munir
Editor: Erlangga Djumena

Bibin Pria Lansia yang Sempat Dipasung Meninggal di RSJ Bogor


Bibin (56), pria lanjut usia yang sempat dipasung
di Sukabumi dikabarkan meninggal dunia
setelah beberapa jam tiba di Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Dr Marzoeki, Bogor, Jawa Barat.

Warga Kampung Cijambe, RT 01 RW 04,
Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar itu diduga
menderita gangguan kejiwaan.
Karena dikhawatirkan mengganggu warga,
duda beranak dua itu akhirnya dipasung.

"Ya informasinya meninggal dunia,
tapi saya tidak mengetahui waktunya.
Saya dapat informasinya tadi jam delapan pagi,"
kata Sekretaris Kecamatan (Sekmat) Cikembar,
Kartowijoyo kepada harian Kompas saat dihubungi
melalui telepon genggamnya,
Kamis 6 April 2017 sekitar pukul 11:15 WIB.

Menurut dia informasi yang diterimanya
dari petugas pengantar, Bibin sudah sampai di RSJ
Bogor Rabu petang. Langsung masuk ke dalam
ruangan untuk mendapatkan penanganan medis.
"Pak Bibin sudah masuk kamar, sudah ditangani
dan masuk perawatan," ujar dia.

Kartowijoyo menuturkan jenazah akan dijemput
ke Bogor oleh unsur pemerintahan, meliputi dari
Kecamatan Cikembar, Polsek Cikembar, dan
Pemerintahan Desa Sukamaju.

"Tim penjemput sudah berangkat tadi jam sepuluhan.
Mungkin saat ini masih dalam perjalanan.
Bu Camat Cikembar yang langsung memimpin
rombongan," tuturnya.

Dia menambahkan almarhum Bibin ini menderita
gangguan kejiwaan setelah bercerai dengan istrinya
beberapa tahun silam.
Dari pernikahannya mempunya dua anak perempuan
yang sekarang sudah menikah.
"Kedua anak perempuannya dibawa suaminya,
ada yang di Aceh dan satunya di Kalimantan.
Tapi kami tidak tahu keberadaan mereka," ucapnya.

Penulis: Kontributor Sukabumi, Budiyanto
Editor: Erlangga Djumena

Tabrakan Avanza dengan Bus di Puncak Bogor


Kecelakaan terjadi di Jalan Raya Puncak, 
Kabupaten Bogor pada Kamis 6 April 2017
menewaskan satu orang.

Kecelakaan yang melibatkan
satu mobil pribadi jenis Toyota Avanza
dengan bus pariwisata Blue Star
bernomor polisi B 7099 NG.

Menurut Kanit Laka Lantas Polres Bogor,
Iptu Asep Saepudin, saat ini pihaknya masih
mengevakuasi bangkai kendaraan di KM 78
tidak jauh dari Cimory 1, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor.

"Kejadiannya sekitar pukul 08.15 WIB,"
ujar Iptu Asep kepada TribunnewsBogor.com.

Menurut informasi yang diterima kepolisian,
saat itu kendaraan Toyota Avanza bergerak
dari arah Gadog menuju Cisarua Kabupaten Bogor.
Setibanya di lokasi kejadian,
kendaraan Toyota Avanza bernomor polisi
H 8677 ZR itu mendahulu kendaraan sepeda motor.


"Saat mendahului dari kanan,
dari arah berlawan ada bus sehingga
bertabrakan," terangnya.

Korban sementara diketahui ada dua orang dan
belum diketahui identitasnya.

"Satu orang meninggal dunia dan
satu orang lagi luka ringan sudah di bawa
ke rumah sakit Cisarua," katanya.
(Tribunnews Bogor/Damanhuri)

Editor: Erlangga Djumena


Rabu, 05 April 2017

17 Orang Terluka saat Sebuah Trem di Hongkong Terbalik,


Pengemudi trem tingkat yang terbalik dan
melukai sembilan penumpangnya di Hongkong akhirnya 
ditangkap pada Kamis 6 April 2017.

dengan dakwaan membahayakan nyawa orang lain.
Sebanyak lima orang perempuan dan sembilan laki-laki
termasuk pengemudi saat trem itu terbalik
pada Rabu 5 April 2017 sekitar tengah malam.

Kepolisian Hongkong mengatakan,
pengemudi trem bernama Lo (23 tahun)
kini sedang menjalani pemeriksaan untuk
mengetahui penyebab kecelakaan itu.

Stasiun televisi setempat memperlihatan
pasukan pemadam kebakaran tengah berada di lokasi
dan seorang korban harus menggunakan topeng
oksigen saat dikeluarkan dari trem yang terbalik itu.

Insiden itu adalah kecelakaan kedua yang melibatkan
sarana transportasi publik di Hongkong tahun ini.
Infrastruktur transportasi publik Hongkong selama ini
dianggap sebagai salah satu yang paling baik dan
paling aman di dunia.

Pada Februari lalu,
sebanyak 17 orang terluka saat api melalap sebuah
kereta bawah tanah memicu evakuasi di stasiun Tsim
Sha Tsui di masa jam sibuk dan menimbulkan
kekacauan di peron.
Polisi kemudian berhasil menangkap pria pelaku pembakaran 
di kereta api bawah tanah itu.

Trem, di Hongkong dikenal dengan nama ding-ding 
karena bunyi belnya itu, telah melayani kota itu selama 
lebih dari satu abad dan mengangkut 200.000 
penumpang sehari.
Dengan armada sebanyak 160 trem,
maka jaringan trem di Hongkong adalah
yang terbesar di dunia.
Biaya untuk naik trem ini terbilang murah
yaitu hanya 2,30 dolar Hongkong atau kurang
dari Rp 4.000 untuk penumpang dewasa.

Editor: Ervan Hardoko
 ( AFP )

Kebakaran di Lhokseumawe 42 Korban Mengungsi ke Surau


Sebanyak 42 korban kebakaran dari
12 kepala keluarga di Desa Pusong Lama,
Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe,
Kamis 6 April 2017
mengungsi ke surau di desa tersebut.

Saat ini,
pengungsi sangat membutuhkan pakaian.
Sementara bantuan masa panik telah disalurkan
oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe.

Sebelumnya,
9 rumah yang dihuni 12 kepala keluarga ludes terbakar.
Rumah tersebut masing-masing milik
Asnawi (45),
Iskandar (32),
Abdul Aziz (35),
Muzakir (40),
Deni(40),
Irwan (45),
Anton (45),
Sarji (71) dan
Nazaruddin (32).

Salah seorang korban rumah terbakar,
Siti Aisyah
menyebutkan, selain rumah,
seluruh pakaiannya ludes terbakar.
Akibatnya, ia hanya menggenakan pakaian
yang melekat di tubuh.

“Untuk sementara pakaian adalah
kebutuhan paling mendesak.
Kami tak memiliki pakaian lainnya,” kata Siti.

Selain itu,
dia berharap Pemerintah Kota Lhokseumawe
membantu biaya pembangunan kembali
rumah mereka agar mereka tidak terlalu lama
tinggal di lokasi pengungsian.

Sementara itu,
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
Polres Lhokseumawe, AKP Yasir menjelaskan,
polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran itu.

Awalnya,
kebakaran diduga karena lilin yang jatuh ke bensin
di salah satu rumah lalu api merembet
ke rumah lainnya di kawasan itu.

“Kita sudah pasang police line sejak semalam.
Hari ini dilakukan olah tempat kejadian perkara,
pasti kita selidiki dulu untuk memastikan
penyebabnya,” pungkas AKP Yasir.

Seperti diberitakan,
kebakaran mengakibatkan sembilan rumah terbakar.
Salah seorang warga,
Asnawi terbakar di bagian kaki,
dan warga lainnya,
Putri Lisa pingsan sehingga harus dilarikan
ke Rumah Sakit TNI AD Lhokseumawe,
Rabu 5 April 2017 malam.

Tim Labfor Mabes Polri dan Polda Sumatera Utara
masih melakukan olah TKP untuk mengetahui
penyebab terjadinya kebakaran.

Penulis: Kontributor Lhokseumawe, Masriadi
Editor: Farid Assifa

Peter jr. Bocah Hilang 20 Tahun Silam Terungkap, Misteri Hilangnya


Seorang ayah dari bocah yang hilang 20 tahun lalu
di Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat
akhirnya mengaku bersalah telah menyebabkan
bocah itu meninggal dunia.

Pengakuan itu diungkapkan Rabu 5 April 2017
Sebagai bagian dari kesepakatan Jaksa,
yang mengharuskan dia menunjukkan
lokasi penguburan anak tersebut.

Seperti dilansir Associated Press, Peter Kema Sr.
juga mengaku bersalah terkait perbuatannya
yang menghalangi penuntutan.

Kema setuju untuk menjalani hukuman
penjara selama 20 tahun,
dengan hukuman wajib selama
enam tahun delapan bulan,

jika dia membantu pihak berwenang
menemukan sisa-sisa anaknya, Peter Jr..
Saat hilang, Peter Jr berusia enam tahun.

Jika Kema ternyata menolak bekerja sama,
jaksa bisa mengajukan tuntutan hukuman
penjara hingga 25 tahun.
Hal itu diungkapkan Jaksa
dari Hawaii County Ricky Damerville.

"Perkara ini belum akan berakhir hingga
kita menemukan sisa jasad korban,"
ungkap jaksa usai persidangan.

Peter Kema tidak mengungkapkan keterangan rinci
tentang hal itu dalam persidangan tersebut.
Dia hanya memberikan jawaban "iya",
ketika hakim menanyakan
Apakah ia lalai memberikan perawatan medis
hingga menyebabkan kematian si anak.

Pada akhir tahun 1990-an,
dan memasuki dekade 2000-an,
anak yang dikenal dengan sebutan "Peter Boy,"
menjadi materi iklan pencarian anak hilang dan
korban kekerasan.

Banyak poster dan stiker bertebaran
di penjuru wilayah Hawaii bertuliskan,
"So where's Peter?"

Kema dan sang istri, Jaylin,
sudah lama dicurigai terlibat dalam
hilangnya bocah laki-laki ini.
Namun,
jaksa penuntut mengaku tidak mengantongi
cukup bukti untuk mendakwa mereka,
hingga akhir tahun lalu.
Saat itu,
dewan juri dalam perkara ini mengindikasikan bahwa
kedua orang itu terkait dengan kasus pembunuhan.
Jaylin Kema mengaku bersalah tahun lalu.

Hal itu sekaligus menjadi konfirmasi pertama
yang menegaskan bahwa anak itu telah
meninggal dunia.

Dalam pertukaran untuk hukuman satu tahun,
dia setuju untuk melepaskan hak istimewa pernikahan,
dan bersaksi terhadap suaminya di pengadilan.

Dia setuju dengan fakta yang diungkap jaksa
di pengadilan tentang kelalaian dalam merawat anak
dan kegagalan memberi perawatan medis
hingga berakhir dengan kematian.

Di tahun 1996 dan 1997,
sejumlah anggota keluarga besar yang kini
sebagian besar telah meningal dunia,
sudah mengungkapkan kekhawatiran mereka
bahwa sang ayah melakukan kekerasan
terhadap Peter Jr.

Luka di tangan ditinggalkan tanpa perawatan,
hingga bernanah dan bisa masuk jari dialami bocah itu.
Kesaksian itu diberikan oleh salah satu anggota
keluarga, Damerville, tahun lalu.

Selain tak memiliki asuransi kesehatan,
Jaylin Kema juga tidak memberikan perawatan
kesehatan serta tidak melaporkan kekerasan
yang dilakukan suaminya.
Alasannya, perempuan itu takut dengan sang suami.
Demikian kata Damerville.

Di suatu masa,
antara bulan Mei dan Juni 1997,
putri mereka yang berusia empat tahun
mendengar Jaylin Kema memanggil suaminya.
Menurut saksi mata,
anak itu melihat orantuanya berusaha
membangunkan Peter. Gadis kecil itu pun lalu
melihat kakaknya diletakkan di dalam kotak,
kata Damerville.

Otoritas Kejaksaan percaya anak itu tewas
akibat kurangnya perawatan medis.
Jaksa pun tidak percaya Jaylin Kema tahu
di mana Peter dikuburkan.
Peter Kema sempat mengaku kepada aparat
bahwa anak itu dibawa ke Oahu, dan
memberikannya kepada seseorang bernama
"Aunty Rose Makuakane" untuk adopsi informal.

Empat tahun silam,
Jaksa dari Hawaii County Mitch Roth berjanji
akan mengungkap misteri tidak terselesaikan ini.
Roth mengatakan,
tanpa penemuan tubuh korban,
kelanjutan kasus yang melibatkan
pasangan suami-istri itu akan sulit berlanjut.

"Kabar baik muncul saat istri Kema setuju
untuk memberikan kesaksian melawan suaminya,"
kata Roth.

Roth pun hadir di dalam persidangan
dan duduk berdampingan dengan
kakek kandung Peter Jr.
"Kini kita semua bisa mengetahui kebenarannya,"
ungkap Roth.
"Ini pun menjadi jawaban untuk pertanyaan publik,
"where is Peter Boy? " tegas Roth.

Editor: Glori K. Wadrianto

Selasa, 04 April 2017

Vulla Tusuk Kakak Ipar dan Sandera 2 Balita, Tewas Ditembak Polisi


Bunyi letusan pistol terdengar
saat polisi melumpuhkan Vulla, pelaku penyanderaan
dua balita keponakannya sendiri di dalam rumah,
Jalan Gajah Mada, RT 1,
Kelurahan Karang Anyar Pantai, Tarakan Barat,
Kalimantan Barat, Selasa 4 April 2017.

Tembakan anggota polisi mengenai
bagian badan Vulla, sampai akhirnya tewas.

Dua balita, yakni Fazri (5 tahun) dan Aisyah (2 tahun)
yang sempat disandera berhasil diselamatkan.
Jenazah Vulla langsung dimasukkan dalam
kantong mayat warna oranye dan dibawa ke
Ruang Jenazah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tarakan menggunakan mobil ambulans.

Sebelum menyandera dua balita tersebut,
Vulla sempat mengamuk
melukai Ernawati, ibunda dua balita hingga
mengalami luka- luka di bagian
lengan, dada, dan paha kiri.
Ernawati dirawat di RSUD Tarakan.

Polisi sendiri sudah melakukan berbagai upaya
membujuk Vulla agar melepaskan
kedua keponakannya.
Selama dua jam melakukan pendekatan,
Vulla juga tidak mau melepaskan dua bocah itu.

Polisi yang dibantu anggota TNI terus membujuk Vulla,
melihat Fazri yang berada di dekapan Vulla mengalami
luka bagian lengan dan perut.
Karena kondisi yang membahayakan sang bocah,
polisi pun mengambil langkah untuk
melumpuhkan Vulla.
Tembakan mengenai bagian badan Vulla
hingga akhirnya meninggal.

Peristiwa penyenderaan paman terhadap
kedua keponakan yang masih kecil - kecil bermula
sekitar pukul 12.00 Wita.

Saat itu Ernawati menegur Vulla
agar ganti baju supaya tidak sakit.
Bukannya ganti baju, usai ditegur Vulla
malah masuk ke dapur mengambil pisau.
Tidak lama kemudian,
tiba- tiba pisau yang dia dibawa diarahkan
ke Ernawati yang sedang menidurkan kedua anaknya
di kamar.
Seperti kerasukan setan,
Vulla beberapa kali menusuk kakak iparnya itu
di bagian lengan, dada, dan paha kiri.

Melihat kondisi Ernawati yang berdarah - darah,
Santi, istri Vulla yang juga adik Ernawati
langsung berteriak.
Dia berusaha menarik tangan suaminya
agar tidak lagi menusuk kakaknya.

"Saya sudah bilang.. Sudah Vulla!, sudah Vulla!.
Saya malah didorong ke belakang.
Saya melihat kakak saya ditusuk- tusuk
beberapa kali sama suami saya.
Pokoknya ngeri sekali.
Saya sampai tidak sanggup melihat kakak saya
seperti itu," ucapnya dengan berlinangan air mata.

Santi sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya
sampai suaminya tega melukai kakaknya.
Padahal selama ini kakaknya sangat baik
terhadap dirinya dan sang suami.

Setiap pulang dari menjaga tambak,
ia dan suaminya tinggal di rumah kakaknya.
"Selama ini tidak ada masalah antara kakak dan
suami saya, semuanya baik - baik saja.
Saya juga tidak tahu kenapa suami saya menusuk
kakak saya. Padahal cuma ditegur ganti baju supaya
tidak sakit saja, kenapa bisa seperti ini,"
ungkapnya sambil terus menangis.

Sementara itu,
seorang tetangga yang namanya enggan disebutkan
menuturkan, pisau yang digunakan untuk menusuk
Ernawati sempat diambil para tetangga.
Namun,
saat Vulla akan diamankan,
ternyata malah langsung masuk ke rumah dan lari
ke kamar. Dia menyandera dua keponakannya
yang berada di dalam kamar menggunakan
sebilah parang.

"Tetangga di sini sudah mau mengamankan Vulla.
Eh ternyata Vulla malah menyandera keponakannya
menggunakan sebilah parang.
Tragisnya lagi,
parang diarahkan di leher salah satu keponakannya 
bernama Fazri.
Melihat ini mana ada yang berani,
karena tetangga takut kalau Vulla melukai
keponakannya," ujarnya.

Ia melihat ada tiga luka tusukan
yang diderita Ernawati, yaitu bagian
lengan, dada dan paha kiri.
"Saya lihat lukanya,
ngeri sekali karena banyak darah keluar.
Baju saya ini tadi penuh darah dan lantai rumah saya
itu masih ada bercak darahnya Ernawati," ucapnya.

Saat peristiwa ini terjadi banyak warga yang menonton
sepanjang jalan menuju gang sempit.
Ada pula masyarakat yang rela sampai naik ke
atas tembok, untuk melihat penyanderaan yang
dilakukan Vulla.

Padahal beberapa kali polisi dan petugas sudah
mengusir untuk tidak menyaksikan peristiwa ini,
tapi tidak dipedulikan oleh sebagian masyarakat
yang ingin melihat secara dekat peristiwa
penyanderaan yang dilakukan paman terhadap
kedua keponakannya. (Tribun Kaltim/Junisah)

Editor: Erlangga Djumena

Sabtu, 11 Maret 2017

Ritual Abalisi, Penghormatan kepada Ibu yang Meninggal Saat Melahirkan


Kabut pagi masih belum hilang
di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara, Sabtu 11 maret 2017.
Sebelum mentari menampakkan diri,
seluruh perempuan Dayak Agabag berduyun-duyun
menuju ke sungai untuk mandi.

Ini bukan mandi rutin yang biasa dilakukan
sebelum terik menyentuh bumi.
Ritual membasuh diri ini merupakan tradisi
yang dilakukan seluruh perempuan Dayak Agabag
demi keselamatan mereka di kemudian hari.

Mandi abalisi namanya.
Ini merupakan tradisi dari nenek moyang mereka
untuk membersihkan diri agar terhindar
dari marabahaya.
"Ini tradisi bagi seluruh perempuan Dayak Agabag
untuk mandi membersihkan diri di sungai
dengan tujuan agar terhindar dari sial,"
kata Sekjen Pemuda Penjaga Perbatasan Muriono.

Untuk menandai tradisi abalisi,
para wanita Dayak Agabag akan menyunggi
daun talas di atas kepala mereka menuju sungai.
Ini adalah salah satu syarat
untuk melaksanakan mandi abalisi
sebagai penghormatan kepada perempuan
yang meninggal karena melahirkan.

"Kemarin ada salah satu warga kami
yang meninggal saat melahirkan.
Makanya perempuan Dayak Agabag
pagi ini melaksanakan tradisi mandi abalisi,"
tutur Muriono.
Dengan ritual mandi abalisi,
perempuan Dayak Agabag berharap
tidak ada lagi seorang ibu yang harus
kehilangan nyawa demi hidup bayinya.

"Artinya kesadaran perempuan Dayak Agabag
sangat tinggi untuk ibu yang melahirkan terhindar
dari kematian," ujar Muriono.

Angka kematian tinggi
Salah satu penyebab kematian ibu melahirkan
di daerah ini adalah keterbatasan infrastruktur
kesehatan di wilayah perbatasan negara.
Untuk beberapa kasus melahirkan yang butuh
penanganan medis seperti operasi caesar,
warga Lumbis Ogong harus menempuh jarak
ratusan kilometer menuju puskemas maupun
rumah sakit di Kabupaten Malinau.

Rumah Sakit Umum Kabupaten Nunukan letaknya
lebih jauh lagi dari Kecamatan Lumbis Ogong.
"Kalau ke Malinau jaraknya 4 jam dengan
biaya transportasi Rp 1 juta.
Kalau ke Nunukan butuh waktu hingga 15 jam
dengan biaya transportasi Rp 10 jutaan,"
kata Muriono.

Perlu perjuangan besar
untuk menuju pusat layanan kesehatan itu.
Perempuan dari desa pedalaman harus
menempuh jalur sungai terlebih dulu sebelum
sampai ke Lumbis Ogong.
Itu berarti biaya transportasi dan waktu
yang dibutuhkan menuju rumah sakit terdekat
juga kian berlipat.
"Meski sudah ada jalan Trans Kalimantan,
tapi kondisinya rusak parah," kata Muriono.

Warga Dayak Agabag
memberikan perlakuan khusus kepada ibu
yang wafat dalam proses melahirkan.
Mereka biasanya mengganti nama perempuan
yang meninggal saat melahirkan tersebut
dengan nama Natalan.
Dalam bahasa Dayak Agabag,
nama Natalan berarti melahirkan dengan
bertaruh nyawa.

Pada Jumat 10 maret 2017,
seorang wanita asal Desa Sebuku terpaksa
dibawa ke Rumah Sakit Umum Kabupaten Malinau
karena kesulitan melahirkan.
Bayi yang dikandungnya sungsang sehingga
membutuhkan penanganan medis secepatnya.
Meski sempat mendapatkan penanganan
operasi cesar, nyawa sang ibu tidak bisa tertolong
karena lamanya perjalanan dari Sebuku menuju
Rumah Sakit Umum Kabupaten Malinau.
Untunglah bayi yang dilahirkannya selamat.

Penulis: Kontributor Nunukan, Sukoco
Editor: Laksono Hari Wiwoho

Selasa, 07 Maret 2017

Permen Dot Diduga Kandung Narkoba


Selasa, 7 Maret 2017 14:48

SURABAYA - Warga Surabaya kini tengah
dihebohkan dengan keberadaan Permendot.
Kisahnya viral di berbagai media sosial.

Penelusuran, Permen dot yang terindikasi
mengandung zat aditif narkoba itu sudah lama dijual
di sejumlah sekolah di Surabaya.


Permen ini dikemas berbeda dengan permen
kebanyakan. Permennya berbentuk bubuk berwarna
merah muda dan dibungkus kertas putih.
Di bagian luar pack nya, ada tulisan permen keras.
Bungkusan bubuk itu lalu dimasukkan ke dalam botol
yang ditutup dengan bentuk dot.

Cara mengkonsumsinya,
bubuk tersebut harus dicampur dengan air.
Ahmad Balian salah satu siswa SDN Bubutan III
mengatakan permen ini sudah lama ada di sekolahnya.
"Yang jual orang di depan sekolah,
bukan di kantin dalam sekolah.
Harganya seribu dapat satu," kata Balian.

Siswa ini menyebutkan jika sudah dicampur air,
maka bubuk itu akan mengental dan jadi
seperti permen. Baru setelah itu dikonsumsi.
"Rasanya manis terus ada kecut-kecutnya,"
ucap Balian.


Menurutnya, permen itu cukup diminati
lantaran murah dan bentuknya menarik.

Camat Sawahan M Yunus mengatakan,
update terakhir untuk razia permen dot itu,
ada sebanyak 24 biji permen dot yang diamankan.

Permen itu diamankan dari tiga sekolah yaitu
SDN Pakis I, II dan IX Jalan Pakistirtosari VIII.
"Selain itu kita juga razia di sekitar makam kembang
kuning. Jadi nggak hanya di lingkup sekolah saja.
Melainkan juga di luar sekolah kami sisir," ucapnya.

Selain 24 biji permen dot,
satpol PP di kecamatannya juga mengamankan
sebanyak 33 strip permen keras berbentuk ayam,
dan 14 pak permen keras.



"Kami mendapat info kalau permen itu
mengandung kandungan berbahaya.
Salah satunya formalin untuk yang permen keras.
Sedangkan yang permen dot kita masih koordinasi
dengan dinkes untuk kandungan narkobanya apaunus.

Pengakuan Siswa
yang Mengkonsumsi Permen Dot
Ananda Akil Habibi, siswa SDN Bubutan III
mengatakan bahwa permen itu biasa dibeli ia
dan teman-temannya. Ananda mengaku tidak takut
meski di bagian kemasan ada tulisan Permen Keras.
"Teman teman beli, ya ikut aja. Cuman seribu
sudah dapat satu bungkus. Kalau yang permen
gambar angsa itu seribu dapat dua," kata Ananda,
Selasa 7 maret 2017

Namun ia mengaku setelah mengkonsumsi
permen dot itu ada dampak yang dirasakan.
Yaitu pusing dan menimbulkan penyakit batuk-batuk.
"Habis makan permen dot itu kepala suka pusing,
padahal rasanya manis," kata Ananda.


Ia baru tahu kalau permen yang biasa ia konsumsi
mengandung bahan berbahaya seperti narkoba
setelah dapat kabar dari satpol PP.

"Sebelumnya ya nggak tau.
Baru tau ini kalau permennya bahaya dan
ngandung narkoba," kata Ananda.

Setelah tau kandungan permen ini maka ia
mengaku tidak mau beli permen tersebut.


Salah seorang petugas satpol PP, Eko P,
mengaku pihaknya sudah sosialisasi baik
ke pedagang dan siswa.
"Saat kita sisir kita juga beri tau pedagang dan siswa
kalau permen itu berbahaya," ucap Eko.

Sumber : Harian Surya

Kamis, 02 Februari 2017

Tukang Bangunan Terpental Tersengat Listrik


Nasib nahas menimpa seorang buruh bangunan
bernama Josep (19), warga Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Josep terpaksa dibawa ke RSUD Kota Pasangkayu,
Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat,
karena tersengat listrik tegangan tinggi,
Jumat 3 Februari 2017.

Kecelakaan terjadi ketika buruh bangunan
asal Kota Garut, Jawa Barat, itu sedang mengerjakan
bangunan ruko di Jalan Soekarno, Kota Pasangkayu.
Josep sempat terpental akibat tersengat listrik.
Sejumlah rekan kerja korban dan warga sekitar
mengevakuasi korban dari lantai dua bangunan ruko
dengan susah payah.
Dengan bantuan peralatan seadanya, warga dan
sesama pekerja bangunan berusaha membawa korban
dari lantai dua.

Akibat kejadian itu, tubuh korban hangus dan
sebagian kulitnya terkelupas.

Penulis : Kontributor Polewali, Junaedi
Editor : Laksono Hari Wiwoho

Toko Grosir dan Gudang Reklame di Pematangsiantar Habis Dilalap Api


Sebuah toko grosir dan gudang reklame
Utara Advertising hangus terbakar di Jalan Pane,
Pematangsiantar, Kamis 2 Februari 2017 sore.
Tidak ada korban jiwa dalam kebakaran itu,
tapi kerugian ditaksir ratusan juta.

Warga yang menyaksikan kebakaran itu mengatakan,
kejadian tersebut bermula saat seorang pembeli rokok
datang ke toko grosir milik Toni Simanjuntak (42).
Saat itu putri Toni, Cindy (12), tengah menjaga toko.
Si pembeli kemudian meminjam korek kepada Cindy.
Setelah korek diberikan dan dinyalakan,
api dari korek itu menyambar gas yang diduga bocor
dari tabung elpiji 3 kilogram tak jauh dari pembeli tadi.

Api kemudian menyala dan mulai membakar isi toko.
Cindy sendirian di rumah, sedangkan ayah-ibunya
sedang ada kesibukan di luar rumah.
Ia pun panik melihat api mulai berkobar.
Warga sekitar mencoba membantu memadamkan api
yang merembet ke arah kios Utara Advertising
di samping toko tersebut.
Api terus menyala dan menjalar ke bagian
gudang Utara Advertising yang berisi mesin cetak.

Warga akhirnya hanya bisa menyelamatkan Cindy
dan sepeda motor Honda Vario bernomor BK 5929 WAF
milik keluarganya yang parkir di depan toko.
Sejumlah mobil pemadam kebakaran
milik Pemkot Pematangsiantar dan perusahaan rokok
PT STTC serta satu unit mobil water canon milik
Polres Pematangsantar tiba di lokasi kejadian.

Api akhirnya padam satu jam kemudian.
Petugas sempat memecahkan kaca jendela lantai dua
toko grosir guna memadamkan api di lantai dua.
Muksil Sidauruk selaku pemilik gudang reklame
mengaku kehilangan sebuah mesin cetak berharga
ratusan juta rupiah yang terbakar di dalam gudang.
Ia tidak tahu persis penyebab kebakaran itu karena
saat kejadian dia sedang di lantai dua mengerjakan
reklame pesanan.
"Setelah mendengar warga berteriak kebakaran,
aku langsung turun dan menyiram api di dalam
toko grosir itu. Tapi usaha sia-sia karena api itu merembes
di minyak bensin yang dijual di lantai satu itu sehingga
api membesar dan membakar gudangku," katanya.

Kepala Unit Reskrim Polsek Siantar Timur Ipda Sutari
mengatakan masih memastikan asal api.
"Kami melakukan penyelidikan untuk mengetahui
penyebab sebenarnya kebakaran itu," kata Sutari.

Penulis : Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe
Editor : Laksono Hari Wiwoho

Dalam Sehari, Tiga Bayi Dibuang dan Ditemukan di Lokasi Berbeda


SINJAI ,
Dalam sehari ini, setidaknya ada tiga bayi
yang ditemukan warga di tiga lokasi berbeda.
Satu di antaranya berupa janin yang sudah
tidak bernyawa.

Janin yang dibungkus plastik hitam itu
ditemukan tersangkut di aliran air di Kelurahan Penaraga,
Kecamatan Raba, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat.
Warga bernama Rasyid melihatnya ketika ia hendak
mengambil bola yang jatuh ke sungai.
"Awalnya saya tidak curiga, tapi saya melihat ada seperti
usus yang keluar pada bungkusan plastik yang tersangkut
pada kayu dan bambu di kali.
Makanya saya panggil warga untuk membukanya,
" kata Rasyid kepada wartawan, Kamis 2 Februari 2017.

Sekitar pukul 16.00 Wita,
aparat Polres Bima Kota tiba di lokasi kejadian.
Kepala Subbagian Humas Polres Bima Kot, Ipda Suratno mengatakan, janin bayi perempuan itu diperkirakan
berusia 8 bulan.
Pada pukul 17.15 Wita,
jasadnya dibawa ke RSUD Bima untuk diotopsi.
Polisi masih menyelidiki orangtua bayi tersebut.

Sementara itu, seorang bayi laki-laki
ditemukan dalam kondisi sehat di dalam
toilet stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU)
Dusun Taruncue, Desa Alenangka, Kecamatan Sinjai Selatan,
Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Kamis 2 Februari 2017.

Bayi itu ditemukan pukul 10.00 Wita
di SBPU Taruncue yang masih dalam
tahap proses pembangunan.
Awalnya, warga setempat penasaran dengan suara
tangisan bayi dari halaman SPBU yang ditumbuhi
rimbunan semak belukar.
"Tadi ditemukan di WC SBPU yang sudah lama
belum terpakai karena pembangunannya belum rampung,"
kata Satria, salah seorang warga setempat.
Saat ditemukan bayi tersebut hanya terbungkus
selembar kain batik dengan tali pusar yang belum terpotong.
Bayi tersebut diduga lahir beberapa jam sebelum ditemukan.

"Kami telah melakukan penyisiran di sekitar TKP
(tempat kejadian perkara) sebagai bagian dari penyelidikan," kata AKP Sardan, Kepala Satuan Reserse
dan Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Sinjai.

Bayi tersebut kemudian dibawa ke
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Samaenre,
Desa Bikeru, dan dirawat Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Sinjai.

Bayi laki-laki juga ditemukan tergeletak
di belakang kamar mandi rumah Hendra,
Jalan Sei Kenangan, Sei Tualang Raso, Tanjung Balai, Sumatera Utara, Kamis 2 Februari 2017 dini hari.

Saat ditemukan, bayi itu dibungkus kain bedong,
tetapi masih ada bercak darah.
Warga setempat curiga bayi itu adalah anak Fa (25).
Sebelum kejadian, Fa terlihat membuang sesuatu
di dekat lokasi penemuan.
Rumah Fa yang berjarak sekitar 50 meter
dari rumah Hendra pun didatangi polisi bersama warga.
Saat ditemui, Fa mengaku sedang sakit.
Melihat kondisi Fa, warga menduga dia baru saja melahirkan.
Kasubbag Humas Polres Tanjung Balai AKP Y Sinulingga
mengatakan, saat ini Fa dan bayinya sudah dibawa ke RSUD
Tanjung Balai untuk mendapat perawatan.

Polisi masih menyelidiki kasus ini,
termasuk kejanggalan identitas Hendra.
Sebelumnya, Fa pernah mengaku kepada warga
sebagai duda beranak satu dan menikah dengan
perempuan bernama Sa.

Penulis :
Kontributor Bone, Abdul Haq ,
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Kontributor Bima, Syarifudin
Editor : Laksono Hari Wiwoho

Minggu, 15 Januari 2017

Warga Panik, Gemuruh Kilang Menggelegar, Api di Cerobong Meninggi


Gemuruh suara dari dalam kilang pengolahan minyak milik
PT Pertamina (Persero) mengejutkan warga Kota Balikpapan,
Kalimantan Timur, Minggu 15 Januari 2017, pukul 00.00.

Suara dari dalam kilang Renivery Unit V Pertamina ini
terdengar hingga lebih 6 kilometer. Gemuruh juga disertai
dengan meningkatnya kobaran api dari menara cerobong
yang ada di tengah kilang. Volume kobaran meningkat
sangat besar dan tidak biasa, membuat langit malam itu jadi
terang benderang, dan meninggalkan asap hitam di langit
terang.

"Seperti ada pesawat ya jam segini. Dia tidak bisa turun ke
bandara sepertinya," kata Ade Ribka, warga dari Kelurahan
Gunung Samarinda.

Gemuruh disertai naiknya volume api tungku yang
berlangsung hampir 2 jam. Kejadian ini mengakibatkan
warga tertarik ke luar rumah, mencari tahu asal suara,
bahkan menonton dari dekat di seputar kilang.
Keadaan kota menjadi terlihat sibuk. Jalanan kota jadi ramai.
Warga kota bisa ditemui berkerumun di pinggir bukit-bukit,
agar mudah menyaksikan kobar api dan mendengar
gemuruh.

Polisi dengan beragam kendaraan pun berseliweran di
jalanan.

Himawan, warga yang tinggal di Kilometer 3, mengaku
sedang menonton televisi ketika mendengar gemuruh yang
tidak juga berhenti. Ia bergegas ke luar rumah menuju asal
suara. Di sepanjang jalan, ia menyaksikan warga sudah
berkemurumun di pinggir-pinggir bukit untuk melihat langit di
atas Pertamina yang memerah. "Kayak pesawat lewat tapi
kok lama. Biasanya sebentar dan hilang. Nonton tivi tiba
tiba mendengar suara. Langsung ke sini," kata Himawan.
Himawan sampai berkendara mendekati kilang di Jalan
Minyak di Karanganyar.

Jalan utama menuju area kilang itu ditutup. Tentara
berseragam hijau loreng dan sekuriti Pertamina berjaga di
sana. Tidak ada kepanikan berarti di jalan itu, tapi warga
tetap menumpuk di sana.

"Masyarakat jadi panik. Ini kejadian tidak biasa bagi
masyarakat. Tidak tahu apa yang terjadi," kata Paur Subag
Humas Polres Balikpapan Iptu D Suharto.

"Setelah mendekat suaranya seperti kompor gas raksasa,"
kata Himawan.Kepanikan bahkan sampai mengakibatkan
ketakutan sejumlah warga.

Ramlah yang tinggal di Kelurahan Gunung Samarinda Baru
mengaku menerima telepon dari keluarganya di Km 3.
“Mereka meminta untuk pindah segera ke Kilometer 20,” kata
Ramlah.


Melalui siaran pers, Pjs Area Manager Communication and
Relation Pertamina Area Kalimantan, Iman Rismanto,
mengungkapkan, telah terjadi gangguan, menyusul matinya
turbin generator 2. Turbin itu berguna untuk menyuplai listrik
ke kilang RU V. Piranti itu padam sejak pukul 19.30, Sabtu 13
Januari 2017. Disebutkan, para teknisi sejatinya telah
melakukan perbaikan. “Penyebab matinya turbin generator
itu sedang dilakukan investigasi,” kata Imam.

Akibat insiden ini, operasional kilang dihentikan sementara.
Bersamaan dengan perbaikan itu, maka dilakukanlah start
up unit operasi sebagai bagian dari prosedur keselamatan
dan keamanan kerja. "Kita lakukan prosedur normal shut
down alias menghentikan sementara operasional di kilang,"
kata Imam.

Penulis : Kontributor Balikpapan, Dani Julius Zebua
Editor : Glori K. Wadrianto
Sumber : .korankompas.

Sabtu, 14 Januari 2017

Bocah SD Meninggal akibat DBD, Keluarga Salahkan RS dan Dokter


Prima Silalahi (10) bocah kelas 4 sekolah dasar warga
Kecamatan Dolok Pardamean, Simalungun meninggal dunia
karena menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di RS Harapan, Jalan Farel Pasaribu, Pematangsiantar,
Sabtu 14 Januari 2017.

Namun pihak keluarga keberatan dan protes dengan
pelayanan dokter dan perawat rumah sakit yang dituding
menjadi penyebab kematian korban.

Salah seorang kerabat korban, Doni Manik (35),
menyebutkan, korban masuk rumah sakit pada Kamis 12
Januari 2017 pagi. Orangtua korban, Rusman Silalahi dan
Fitri boru Manik membawa korban ke RS Harapan karena
diperkirakan terjangkiti penyakit DBD. Korban yang
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara itu kemudian
diopname di salah satu ruangan anak dengan status pasien
BPJS. Keesokan harinya, Jumat 13 Januari 2017 malam
sekitar pukul 20.00 WIB, kondisi korban kritis. Keluarg
meminta pihak medis memindahkan korban ke ruangan ICU
untuk mendapatkan perawatan intensif. Namun dokter jaga
dan perawat menolak dengan alasan ruangam ICU penuh.
Keluarga korban kemudian diminta mencari ruangan ICU di
rumah sakit lain di Pematangsiantar. Sayangnya, keluarga
korban tak menemukan ruangan ICU kosong di sejumlah
rumah sakit lain. Pihak RS Harapan kemudian menyarankan
membawa korban ke rumah sakit di Kota Medan. Lalu pada
Sabtu 14 Januari 2017 siang, atas desakan keluarga, korban
akhirnya dipindahkan ke ruangan ICU rumah sakit tersebut.
Namun begitu tiba di ruangan, korban sudah
menghembuskan nafas terakhirnya. Keluarga pun protes,
karena ternyata di ruangan ICU ditemukan tempat tidur
pasien yang kosong.

"Jika keponakanku ini meninggal karena perawatan kami
bisa ikhlas menerima. Tapi kenyataannya gara- gara dokter
dan perawat itu menyebut ruangan ICU penuh tapi kami lihat
tadi masih banyak tempat tidur pasien kosong. Padahal
kami sudah bersedia bayar pasien umum. Pokoknya kami
tidak terima dengan dokter dan perawat itu," kata Doni
Manik.

Demikian juga nenek korban, boru Purba menyatakan
protesnya atas pelayanan rumah sakit. Dia menuduh dokter
dan perawat RS Harapan lah penyebab meninggalnya
korban. "Dokter dan perawat itu harus dipecat," tukas boru
Purba kesal sambil menangis melihat cucunya sudah
meninggal dunia.

Pihak RS Harapan sendiri melalui Humas, Nesli Purba
enggan memberikan keterangan. Dia menyebut, pihaknya
hanya memberikan keterangan kepada keluarga korban dan
bukan kepada wartawan. "Kami tidak bisa memberikan
penjelasan kepada wartawan. Hanya bisa memberikan
penjelasan kepada kekuarga korban," kata Nesli.

Penulis : Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Sumber : .kompas.

Alternatif warga Mbrajang penuhi kebutuhan pangan


Mahalnya harga barang kebutuhan sehari hari yang naik
secara bertahap namun tak diimbangi dengan naiknya
pendapatan membuat masyarakat harus memutar otak demi
hidup yang layak. Tidak setiap hari warga bisa
mengonsumsi makanan bergizi, sebab penghasilan yang
ada kadang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Untungnya, ada sungai buatan kecil yang membujur dari
barat ke timur sejajar dengan jalan pantura jalur Demak-
Semarang .

Oleh Warga Demak, sungai sodetan Kali Tuntang tersebut
dinamai Sungai Pelayaran. Nah, sungai inilah yang
dimanfaatkan para kepala keluarga yang ingin menghemat
pengeluaran dengan cara menyerok ikan dengan alat
semacam jaring bertiang empat yang disebut "branjang".
Dengan branjang inilah warga mencari ikan nila yang banyak
tersebar di perairan buatan ini.

Faisal (33) misalnya, karyawan pabrik yang sedang
mbranjang di waktu senggangnya, Sabtu 14 Januari 2017.
Dia menyatakan bahwa selain mendapatkan ikan sebagai
lauk kaya nabati untuk anaknya, ia juga mendapat hiburan
tersendiri. Warga yang tinggal di RT 04 RW 02 Desa
Karangsari, Kecamatan Karangtengah, Demak ini mengaku
sangat menikmati proses mbranjang-nya. Apalagi, untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat lain dirinya
menggunakan "gethek" atau rakit bambu. "Iya, Mas, serasa
berselancar. Airnya tenang dan ikannya juga banyak.
Lumayan buat lauk anak saya yang masih TK," kata Faisal.
Sekali mbranjang, ia bisa mendapat 12 ekor nila seukuran 3
jari. "Jika beruntung bahkan saya bisa membawa pulang 1
kg ikan segar," ucap Faisal.

Sementara itu, Suhadi (52) pencari ikan lain menyatakan
bahwa selain untuk lauk sendiri juga untuk dijual.
Hasil mbranjang-nya berupa ikan nila, tawes dan wader.
Suhadi mencari ikan secara rutin pagi dan sore, hasilnya
minimal 1-2 kilogram ikan bisa terjaring dalam alat
berukuran 2 meter persegi tersebut. "Hari ini dapat banyak,
ada satu yang kira-kira beratnya seperempat kilogram," kata
Suhadi yang rumahnya persis di depan Sungai Pelayaran.
Menurut Suhadi, di Pasar Buyaran yang berjarak 400 meter
dari rumahnya, ikan nila hasil tangkapannya dihargai Rp
20.000 per kilogram. "Lumayan irit blanja," ucapnya.

Berdasarkan pantauan , para pencari ikan ini biasanya
beraksi tiap pagi dan sore hari. mencoba mengoperasikan
branjang dengan cara merendam alat seharga Rp 100.000
tersebut, sampai sebatas tiang penyangga. Sekitar dua
menit kemudian, branjang diangkat dan ikan-ikan kecil akan
meluncur dari sela jaring yang renggang. Sementara ikan
berukuran sedang akan terperangkap. Hasilnya, dalam
tempo 30 menit didapatlah lima ekor ikan nila.

Penulis : Kontributor Demak, Ari Widodo
Editor : Bayu Galih
Sumber : .kompas.

Jumat, 13 Januari 2017

Magelang, Seorang Pria Tewas Setelah kejang-kejang saat sedang di Pijit



Seorang pria tewas sesaat setelah dipijat oleh terapis di
tempat pijat tradisional di Desa Bumirejo, Kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ,
Jumat 13 Januari 2017.

Pria itu diketahui bernama Priyo Handono (68), asal Jalan
Diponegoro, Kelurahan Cacaban, Kecamatan Magelang
Tengah, Kota Magelang.

Informasi yang diperoleh dari Kepolisian Resor (Polres)
Magelang, korban datang ke tempat pijat sendirian, sekitar
14.00 WIB, bermaksud untuk pijat karena mengaku sedang
kecapaian.

Korban kemudian dipijat dan dioles minyak angin oleh
seorang terapis wanita dengan posisi tubuh terlentang. 
Namun, baru 15 menit dipijat, korban tiba-tiba kejang-
kejang lalu tidak sadarkan diri.

"Sebelum dipijat, korban pamit buang air kecil ke toilet. Lalu
saat dipijat, korban bilang ke terapisnya kalau dia sedang
lelah dan ingin merem (mata terpejam). Tapi tiba-tiba korban
mengalami kejang," ungkap Kepala Sub Bagian Humas
Polres Magelang AKP Santoso, Jumat petang.

Mengetahui hal itu, sang terapis mengaku terkejut lalu
segera memberitahu rekan-rekan kerjanya serta warga
sekitarnya. Menurut Santoso, beberapa warga sempat
memeriksa denyut nadi korban saat tidak sadarkan diri.
Saat itu diketahui korban sudah meninggal dunia.

Anggota Polres Magelang yang tiba di lokasi kajadian
langsung melakukan olah TKP, meminta keterangan saksi,
dan memeriksa jenazah korban dengan dibantu oleh tim
dokter Puskmesmas Mungkid.

Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, ujar Santoso, kondisi
jenazah korban masih lemas, diperkirakan meninggal dunia
sebelum dua jam akibat sakit. Namun pihaknya tidak
merincikan sakit yang diduga diderita korban.

"Saat diperiksa petugas korban sudah positif meninggal
dunia, diperkirakan ia sudah menderita sakit sebelum dipijat,"
beber Santoso.

Menurut Santoso, pihak keluarga sudah menyatakan
menerima kematian korban sebagai musibah dari Tuhan.
Jenazah kemudian dibawa keluarga ke rumah duka di
Kelurahan Ringinanom, Kecamatan Magelang Utara, Kota
Magelang, untuk dikebumikan.

Penulis : Kontributor Magelang, Ika Fitriana
Editor : Erlangga Djumena

Permatang Siantar, Istri Pejabat Pemkot Tewas, Tertabrak Truk yang Mundur di Tanjakan


Junita Simangunsong (37), isteri Kepala Bagian Tata
Pemerintahan (Tapem) Pemko Pematangsiantar, Josua
Sihaloho, tewas setelah sepeda motor Honda Vario yang
dikendarainya tertabrak truk colt diesel Toyota Dyna, Jumat
13 Januari 2017 siang.

Kejadian naas itu berlangsung di Jalan Negeri Bosar,
Kecamatan Siantar Marihat, Pematangsiantar. Saat itu,
Junita berboncengan dengan dua putranya, Jeremy (3) dan
Agus (19). Mereka baru saja keluar dari rumah menuju rumah
kerabatnya.

Saat melaju di tanjakan, truk yang berada di depannya yang
bermuatan batu bata mendadak mundur kemudian
menabrak motor yang dikendarainya. Pasca-kejadian, sopir
truk langsung kabur, sedangan dua kernetnya Subarno dan
Muhammad Ali, diamankan warga setempat.

Warga kemudian membawa Junita yang dalam kondisi
sekarat ke RS Vita Insani Pematangsiantar, sedangkan
putranya Jeremy mengalami kondisi patah kaki dan dibawa
ke RS Tentara, sedangkan sang adik, Agus, selamat.
Junita yang juga PNS di Pemko Pematangsiantar
mengembuskan nafas pada sore hari di ruang ICU RS Vita
Insani setelah sempat mendapat perawatan intensif dari tim
medis.

Sejumlah petugas unit Laka Lantas Polres Pematangsiantar
yang mendapat informasi kejadian tiba di lokasi melakukan
olah tempat kejadian perkara, lalu mengamankan dua
kendaraan dan dua kernet yang sempat ditahan warga.
Kasat Lantas Polres Pematangsiantar, AKP Jupiter F
Simanjuntak, menyebutkan, kecelakaan naas itu terjadi
karena sopir truk tak hati-hati saat membawa kendaraan di
jalan tanjakan. Truk mundur di jalan tanjakan karena diduga
keberatan membawa muatan batu bata.

"Kami sudah tangani kasus tabrakan itu. Sudah diamankan
barang bukti kedua kendaraan tersebut," ujarnya.

Penulis : Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe
Editor : Caroline Damanik

Kamis, 12 Januari 2017

MADIUN, Ratusan Makam dipindahkan untuk Jalan TOL Ngawi - Kertosono


Ratusan makam di Desa Purworejo dan Kedungrejo,
Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madun, Jawa Timu
terdampak proyek pembangunan jalan tol Solo-Kertosono
ruas Ngawi-Kertosono sehingga harus dipindahkan oleh
para ahli warisnya.

Kepala Desa Purworejo Bambang Sumitro mengatakan,
sesuai hasil pendataan, total ada sekitar 865 makam yang
terdampak di dua desa dan akan pindahkan oleh ahli waris
secara bertahap. "Makam tersebut dipindahkan ke lokasi
baru yang telah disediakan oleh pihak pembangun Tol
SoloKertosono sebagai tempat pemakaman umum (TPU)
baru yang berjarak sekitar 500 meter dari TPU lam yang
dibongkar," ujar Bambang, Kamis 12 Januari 2017.

Ia mengatakan, lahan TPU baru seluas sekitar 2.000 meter
persegi. Adapun luas lahan TPU lama sekitar 1.000 meter
persegi.

Selain telah menyediakan lahan pengganti, pihak
pembangun tol juga memberikan dana kompensasi bagi
masing-masing ahli waris yang makam keluarganya
terdampak. Total dana kompensasi ini mencapai Rp 2 miliar
lebih. Proses pemindahan ratusan makam tersebut
diperkirakan memerlukan waktu hingga 60 hari ke depan
sejak kemarin. Begitu pemindahan selesai, pembangunan
proyek jalan tol ruas Ngawi-Kertosono di Magetan dapat
segera dilakukan dan berjalan lancar.

Jalan tol Solo-Kertosono ruas Ngawi-Kertosono akan
dibangun melintasi tiga kabupaten, yakni
Madiun,
Magetan, dan
Ngawi.
Proyek ini dikerjakan oleh PT Waskita Karya (Persero) melalui
rekanan PT Ngawi Kertosono Jaya Baru.

Ada ribuan bidang lahan di masing-masing kabupaten yang
terdampak proyek pembangunan tersebut. Sebagian telah
selesai dibebaskan dan sebagian lain masih dalam proses.
Secara keseluruhan, tol Solo-Kertosono merupakan bagian
dari jalan Tol Trans Jawa sepanjang 615 kilometer.

Proyek tersebut sempat mangkrak dan pada pemerintahan
Presiden Joko Widodo mulai dikebut agar bisa selesai pada
2017 dan beroperasi pada 2018.

Editor : Laksono Hari Wiwoho
Sumber : ANTARA,